Days 172 mengisahkan perjalanan emosional seorang wanita muda bernama Ara yang mencoba bangkit dari patah hati setelah hubungan 172 hari dengan kekasihnya berakhir. Novel ini menggambarkan secara intim proses penyembuhan diri, dengan setiap bab mewakili satu hari dalam perjalanan Ara menerima kenyataan, memproses rasa sakit, dan akhirnya menemukan kekuatan untuk melanjutkan hidup.
Cerita dimulai dengan Ara yang terpuruk di hari pertama setelah putus, hingga perlahan-lahan membangun kembali kehidupannya di hari ke-172. Novel ini penuh dengan refleksi mendalam, kutipan inspiratif, dan momen-momen kecil yang menggambarkan kompleksitas emosi manusia.
Protagonis utama berusia 24 tahun yang bekerja sebagai editor di sebuah penerbitan kecil. Ara digambarkan sebagai perempuan introvert yang sangat mencintai buku dan kopi. Setelah putus dengan kekasihnya, ia memulai proyek menulis jurnal harian sebagai terapi penyembuhan. Perjalanan emosional Ara dari kesedihan mendalam hingga penerimaan diri menjadi inti cerita.
Mantan kekasih Ara yang memutuskan hubungan setelah 172 hari bersama. Meski tidak banyak muncul secara fisik dalam cerita, kehadiran Raka terasa kuat melalui kenangan dan surat-surat yang dibaca ulang oleh Ara. Raka digambarkan sebagai pria ambisius yang memilih karier daripada hubungan.
Sahabat Ara yang selalu mendukungnya. Nara adalah antitesis dari Ara - ekstrovert, blak-blakan, dan praktis. Dialah yang terus mendorong Ara untuk bangkit dan tidak tenggelam dalam kesedihan. Nara sering muncul dengan nasihat-nasihat keras tapi jujur.
Hari pertama setelah putus. Ara menggambarkan perasaannya seperti mengalami gempa bumi emosional. Bab ini penuh dengan deskripsi sensorik tentang bagaimana dunia terasa berbeda - kopi yang tiba-tiba terasa pahit, musik favorit yang sekarang menyakitkan untuk didengar, dan kamarnya yang terasa begitu besar dan kosong.
Ara menulis: "Aku terbangun dengan ingatan tentangmu sebagai alarm yang tidak bisa dimatikan."
Ara memutuskan untuk mengumpulkan semua barang pemberian Raka dan menyimpannya dalam sebuah kotak. Proses ini digambarkan dengan sangat emosional, di mana setiap benda membangkitkan memori spesifik. Adegan paling kuat ketika Ara menemukan tiket konser yang belum sempat mereka gunakan.
Bab ini diakhiri dengan Ara yang menulis: "Menyimpan bukan untuk dilupakan, tapi untuk suatu hari nanti bisa dilihat tanpa rasa sakit."
Ara menulis surat sepanjang 5 halaman untuk Raka tetapi memilih tidak mengirimkannya. Surat ini berisi semua amarah, kekecewaan, dan pertanyaan yang selama ini dipendam. Bab ini menunjukkan perkembangan Ara yang mulai bisa mengekspresikan emosinya secara lebih sehat.
Kutipan dari surat: "Aku marah bukan karena kau pergi, tapi karena kau membuatku percaya bahwa kau akan tetap tinggal."
Ara memulai ritual pagi baru - berlari kecil di sekitar kompleks perumahan. Bab ini menunjukkan perubahan signifikan dalam diri Ara. Deskripsi tentang udara pagi, tetesan embun, dan perasaan lega setelah berlari menjadi metafora untuk pembaruan diri.
Ara mencatat: "Untuk pertama kalinya dalam 100 hari, napasku terasa ringan. Mungkin ini yang mereka sebut 'melangkah maju'."
Bab penutup yang menunjukkan Ara telah berubah. Ia kini mampu melewati tempat-tempat yang dulu dihindari karena mengingatkannya pada Raka. Adegan terakhir menunjukkan Ara membeli dua buku baru - satu untuk dibaca, satu untuk disimpan, sebagai simbol bahwa ia siap untuk kemungkinan baru.
Kalimat penutup novel: "Dan akhirnya, aku mengerti bahwa cinta yang sebenarnya tidak pernah benar-benar pergi - ia hanya berubah bentuk menjadi pelajaran, menjadi kekuatan, menjadi bagian dari ceritaku."
Novel ini mengeksplorasi beberapa tema penting:
Ayuwidya menggunakan beberapa teknik penulisan unik dalam Days 172: